Cerminan Aku dan Apa yang Tersisa Darinya

Kamu tetes embun di hari pagi. Tapi jari-jariku
bukan hantu. Mereka hanya jembatan dari apa
yang rahasia dan yang kaca jendela tidak tahu.

Kamu turun meluncur bebas tapi aku cuma bisa heran.
Lagi-lagi tenaga dan diriku hanya mengetuk minta perhatian.
Tapi kamu telah mantap. Dan aku pantulan hampa belaka.

Akan ada saatnya kamu menemukan jemari baru.
Yang putih dan lugu. Yang semerbak harumnya
tahu nama kecilmu. Dia akan menjemputmu
dan sinar mentari akan menghapus jejak
yang membuatku merindu.

**
Ada saatnya dimana tangisanku takkan
menyisakan kisah yang terkadang
dipertanyakan terlalu banyak.
Orang-orang melupakannya
karena terlena kopi yang diberi gula.
Mereka menyesap cangkir keramik
yang menganggap dirinya gelas kaca.
Tertawa dan saling memberi seperangkat kata
yang dicuri dari kaset lama.

Komentar

Postingan Populer